Dipotingan kali ini saya akan menceritakan tentang wawancara dengan tema 'Bermasyarakat & Berkebudayaan' untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar.
Target Wawancara saya ini adalah Tukang bubur yang sudah berprofesi lebih dari 10 tahun di citeureup - Bogor.
Kenapa saya memilih tukang bubur? Karena menurut saya tukang bubur ini sudah melalui jalan/pengalaman yang panjang untuk bermasyarakat di citeureup ini, jauh dari kampung halamannya.
Berikut percakapan yang terjadi antara saya dengan tukang bubur itu :
Saya:"Malam mas"
Tukang Bubur:"opo leee? mau pesen bubur?" (kalau orang jawa memang suka memakai panggilan 'le' kepada yang lebih muda /setahu saya)
Saya:"iya mas satu di mangkuk aja, eh mas, saya mau sambil numpang wawancara mas boleh?"
Tukang Bubur:"boleh sekali!!" jawabnya antusias "Jeung naon emangna?" / "untuk apa memangnya??" (Jawabnya dengan bahasa sunda, karena sudah lama di daerah citeureup yang dominan sunda , mas sutrisno ini jadi terbiasa untuk berbicara dengan bahasa sunda /multilanguage)
Saya:"ini mas buat tugas kuliah"
sambil menikmati buburnya saya lanjutkan mewawancarainya
Saya: "Mas, namanya siapa?"
Tukang Bubur: "Sutrisno"
Saya:"Daerah asalnya dimana mas?"
Tukang Bubur:"Dari Jawa Tengah, di Pemalang tau ga leee?"
Saya:"oh, iya iya.. Tinggal disini sudah berapa lama?"
Tukang Bubur:"Sejak kapan yah? pokoknya Sejak kamu kecil leee, kira2 tahun 2001"
Saya:"ohh 12 tahun lebih dong. Saya masi SD itu mas, iya saya ingat waktu dulu harga bubur masih Rp.1000 kan? hahahaha"
Tukang Bubur:"hahahahahhaa iya saya juga ingat waktu dulu kamu masih pakai seragam merah putih suka beli buburnya Rp.1000 hahahaha"
Saya:"Sebelum Tinggal di sini , tinggal dimana mas?"
Tukang Bubur:"Waktu itu saya masih bujangan ikut saudara merantau saya , kerja di restoran ayam bakar."
Saya:"lah..? Trus kenapa milih di sini (citeureup) kan enak di jakarta, restoran pula?"
Tukang Bubur:"ya ga enak aja leee, kan disana saya ikut saudara saya kerjanya, saya lebih memilih untuk berjualan sendiri disini daripada ngerepotin orang lain. Lagian juga biar lebih mandiri, enak kan kalo punya dagangan sendiri, alhamdulillah sekarang juga sudah ada cabang di ujung jalan sana."
Saya:"Wah hebat dong mas, oh iya Emang ga kangen ama keluarga dikampung mas? kapan terakhir pulang kampung?"
Tukang Bubur:"hahaha.. kangen pasti, terakhir itu ..kapan yah?? sekitar tahun 2010 deh"
Saya:"Dagang buburnya dari kapan aja mas?"
Tukang Bubur:"kalo pagi dari jam setengah 6 pagi sampai habis palingan jam 9 , sama yang di ujung jalan juga. tapi kalo sore cuma yang disini saja, dari jam 5 sore sampai jam 7/8. Soalnya banyak yang beli jadi ditambah sampai jam 9 hahahahaa."
Saya:"Bagaimana Mas bisa betah disini lebih dari 12 tahun? bagaimana cara mas bermasyarakat dan membaur dengan budaya sini yang bisa dibilang berbeda dengan budaya mas di Pemalang?"
Tukang Bubur:"Caranya yah ? Ya semua orang disini baik baik itu yang membuat saya jadi betah disini, soal budaya disini? pernah dengar pepatah 'kita bisa karena biasa' kan? ya kira2 seperti itu saya jadi terbiasa dengan budaya disini. contohnya saja bisa berbahasa sunda walaupun sedikit-sedikit, tapi bukan berarti saya melupakan tanah kelahiran saya di Jawa sana. Saya bangga berada di sini sebagai perantauan dari jawa sana.."
Saya:"Yakin orang di sini baik-baik mas?"
Tukang Bubur:"Kalo orang disini tidak baik, saya sudah tidak akan ada di sini sekarang leeee.."
Saya:"Suka duka tinggal disini selama ini apa mas?"
Tukang Bubur:"Saya bingung juga yah, pokoknya enak deh. Oh iya , suka duka datang biasanya saat musim Hujan seperti ini, sukanya dagangan makin laris karena saat musim hujan banyak orang membutuhkan makanan hangat seperti bubur ini iya kan? hahaha. Dukanya adalah ketika saat ada angin kencang seperti kemarin itu lee gerobak saya hampir terbang tertiup angin hahhahaha:"
Saya:"hahahaha .... untuk kedepannya nanti mas sutrisno ingin jadi seperti apa?"
Tukang Bubur:"Saya ingin sekali suatu saat nanti mempunyai cabang bubur dimana-mana, itu salah satu impian saya untuk saat ini."
Saya:"Wah, mudah-mudahan terealisasikan ya mas."
Tukang Bubur:"ya amin ,rejeki ada ditangan tuhan kita hanya berusaha dan berdo'a saja."
Saya:"amin, terimakasih mas ya atas waktunya." (sambil menghabiskan makanan saya dan beranjak pulang kerumah yang tak jauh dari tempat ia berdagang bubur)
Tukang Bubur:"iyaa, sama sama"
Sekian Wawancara saya bersama mas Sutrisno , banyak sekali pengalaman dari mas sutrisno yang bisa saya ambil.
Salut dengan mas sutrisno selama 12 tahun lebih ini berjualan bubur dan tetap mempertahankannya sampai nanti dan bukan hanya itu , ia memimpikan untuk menambah dan membuka cabang buburnya dimana-mana.
12 tahun bukan waktu yang singkat, terkesan dengan konsistensinya hingga saat ini. semoga ia bisa mewujudkan apa yang ia inginkan untuk membuka cabang di tempat lain
BalasHapus